Di tengah kesejukan alam Desa Bojong Koneng, tradisi ngaliwet masih menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakatnya. Ngaliwet bukan sekadar kegiatan makan bersama, tetapi simbol kebersamaan, kesederhanaan, dan rasa syukur atas hasil bumi yang melimpah. Aktivitas ini sering dilakukan setelah panen, gotong royong, atau menyambut tamu, di mana warga duduk melingkar menikmati hidangan yang disajikan di atas daun pisang panjang.

Menu utama ngaliwet adalah nasi liwet—nasi yang dimasak dengan santan, daun salam, dan sereh, yang menghasilkan aroma harum yang menggugah selera. Nasi ini biasanya disajikan bersama aneka lauk sederhana namun nikmat, seperti sayur asem yang segar dengan kuah asam gurih, ikan asin yang digoreng renyah, tempe dan tahu goreng yang gurih, serta teri kering dan sambal pedas yang menambah selera makan.

Seluruh hidangan disusun berjajar di atas daun pisang, lalu dinikmati bersama-sama tanpa sekat. Tidak ada sendok atau piring—semua makan dengan tangan, saling berbagi cerita dan tawa di antara aroma nasi hangat dan sambal yang menggoda.

Bagi masyarakat Bojong Koneng, ngaliwet bukan sekadar kuliner, melainkan manifestasi nilai-nilai sosial dan budaya Sunda yang menjunjung tinggi kebersamaan dan gotong royong. Tradisi ini juga kerap menjadi bagian dari kegiatan wisata desa, di mana pengunjung dapat merasakan pengalaman makan khas pedesaan yang autentik. Dengan menu sederhana namun sarat makna, ngaliwet mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati sering kali lahir dari kesederhanaan dan kebersamaan.